Komunikaty PR

Bancassurance Market Size, Share, Trends, Growth Opportunities, Key Players and Forecast to 2034

2025-08-08  |  11:55:04
Bancassurance Market Trends

Bancassurance Market Trends

Bancassurance Market Research Report By, Distribution Channel, Product Type, Customer Type, Regional

WA, UNITED STATES, August 8, 2025 /EINPresswire.com/ -- The Global Bancassurance Market continues to witness steady expansion, driven by the integration of banking and insurance services to offer customers comprehensive financial solutions. As per industry data, the Bancassurance Market Size was estimated at USD 1,059.19 billion in 2024. It is projected to grow from USD 1,117.66 billion in 2025 to USD 1,812.72 billion by 2034, reflecting a compound annual growth rate (CAGR) of 5.5% during the forecast period (2025–2034).

Key Market Drivers

1. Rising Demand for Integrated Financial Services-

Customers are increasingly seeking one-stop solutions for both banking and insurance, fueling bancassurance growth through convenience and cross-selling opportunities.

2. Expanding Middle-Class Population

Growing disposable income and awareness about life and health insurance products, especially in emerging economies, are boosting demand for bundled financial offerings.

3. Digitization and Omnichannel Banking

Digital platforms and mobile banking apps enhance the accessibility of bancassurance products, enabling banks to offer insurance in real time with personalized services.

4. Regulatory Support

Favorable regulatory frameworks in regions like Asia-Pacific and Europe are promoting partnerships between banks and insurers, ensuring consumer protection and industry transparency.

Get a FREE Sample Report - https://www.marketresearchfuture.com/sample_request/23854

Market Challenges

1. Limited Product Customization

Bancassurance channels often focus on standard products, which may not fully meet diverse customer needs, particularly for niche insurance segments.

2. Complex Commission Structures

Revenue-sharing and incentive mechanisms between banks and insurers can be complicated, affecting operational efficiency.

3. Compliance and Training Needs

Ensuring that banking staff are adequately trained to sell insurance and comply with financial regulations remains a key challenge, especially in developing regions.

Key Players in the Bancassurance Market

• BNP Paribas Cardif
• Citigroup Inc.
• Allianz SE
• HSBC Holdings plc
• AXA Group
• Barclays plc
• Credit Agricole Group
• Wells Fargo & Company
• ING Group
• Banco Santander

These companies engage in strategic alliances to expand their product portfolios and enhance customer reach via the bancassurance distribution model.

Procure Complete Research Report Now: https://www.marketresearchfuture.com/checkout?currency=one_user-USD&report_id=23854

Market Segmentation

1. By Product Type

• Life Insurance
• Non-Life Insurance (General Insurance)

2. By Distribution Channel

• Pure Distributor Model
• Strategic Alliance
• Joint Venture
• Financial Holding Model

3. By Region

• North America: Moderate adoption, mainly life insurance via banks.
• Europe: Mature market, particularly strong in France, Spain, and Italy.
• Asia-Pacific: Fastest-growing region, led by India, China, and Southeast Asia.
• Latin America & MEA: Emerging models with increasing bank penetration.

Browse In-depth Market Research Report: https://www.marketresearchfuture.com/reports/bancassurance-market-23854

The Bancassurance Market is set for continued growth, driven by financial inclusion, evolving consumer preferences, and technological integration. Banks will likely expand their insurance portfolios using AI, data analytics, and mobile-first approaches to personalize offerings and enhance customer engagement. As regulations become more supportive and partnerships deepen, bancassurance will emerge as a dominant insurance distribution model worldwide.

Related Markets:

Syndicated Loans Market- https://www.marketresearchfuture.com/reports/syndicated-loans-market-23927

Generative AI in Fintech Market- https://www.marketresearchfuture.com/reports/generative-ai-in-fintech-market-12186

Fintech Technologies Market- https://www.marketresearchfuture.com/reports/fintech-technologies-market-11881

Mobile Payments Market- https://www.marketresearchfuture.com/reports/mobile-payments-market-2922

Web3 Payments Market- https://www.marketresearchfuture.com/reports/web3-payments-market-12242

Newseria nie ponosi odpowiedzialności za treści oraz inne materiały (np. infografiki, zdjęcia) przekazywane w „Biurze Prasowym”, których autorami są zarejestrowani użytkownicy tacy jak agencje PR, firmy czy instytucje państwowe.
Ostatnio dodane
komunikaty PR z wybranej przez Ciebie kategorii
EIN Newswire BRAK ZDJĘCIA
2025-08-21 | 12:55:06

Perekonomian Indonesia Melaju, Rasa Optimistis Meredup: 'Vibecession' di Depan Mata

Pertumbuhan ekonomi Indonesia berbanding terbalik dengan sentimen publik yang menurun, disimbolkan oleh garis tren naik dan turun yang saling berpotongan di atas bendera nasional.EBC Financial Group Peringatkan Risiko “Vibecession” Meski Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Tembus 5,12%, Konsumen dan Dunia Usaha Tetap Waspada.INDONESIA, August 21, 2025 /EINPresswire.com/ -- Perekonomian Indonesia melesat 5,12% secara tahunan pada kuartal II 2025, laju tercepat sejak pertengahan 2023. Lonjakan ini didorong oleh kuatnya arus investasi dan aktivitas ekspor menjelang penerapan tarif baru oleh Amerika Serikat. Capaian tersebut melampaui perkiraan, dengan investasi naik hampir 7% sepanjang kuartal ini dan ekspor meningkat seiring langkah antisipasi pelaku usaha menghadapi kebijakan dagang baru. Analis EBC Financial Group (EBC) menyebut fenomena ini sebagai contoh klasik “vibecession”, saat data ekonomi menunjukkan pertumbuhan, namun sentimen konsumen dan pelaku usaha justru melemah. Guncangan Tarif AS Ubah Peta Ekspor Udang RI Pengenaan tarif 19% oleh Amerika Serikat terhadap udang asal Indonesia, yang sebelumnya menjadi komoditas ekspor perikanan terbesar RI ke Negeri Paman Sam, diprediksi bakal mengubah arah arus perdagangan secara signifikan. Pelaku industri memperkirakan pengiriman ke AS akan anjlok, sementara eksportir mulai bersiap mengalihkan pasokan ke pasar Cina, yang saat ini baru menyerap sekitar 2% ekspor udang nasional. Analis EBC memproyeksikan kebijakan tarif ini berpotensi memangkas volume ekspor hingga 30%, dengan risiko hilangnya satu juta lapangan kerja di sektor tersebut. “Mesin pertumbuhan Indonesia masih berjalan, tapi medannya makin rumit,” kata Samuel Hertz, Kepala APAC EBC Financial Group. “Gesekan perdagangan luar negeri, pelemahan belanja rumah tangga, dan kehati-hatian investasi kini bergerak bersamaan. Kombinasi ini akan menguji daya tahan laju ekspansi ekonomi.” Permintaan Domestik Melemah Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengingatkan banyak perusahaan kini berada dalam “mode bertahan hidup”. Rencana ekspansi ditunda, fokus beralih ke pengetatan biaya. Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia merosot ke level 117,5 pada Mei, terendah sejak 2022, menandakan kekhawatiran yang makin dalam terhadap daya beli dan ketahanan ekonomi. Meski sebagian rumah tangga masih menyimpan optimisme hati-hati, pendapatan riil dan rasa aman dalam pekerjaan perlahan tergerus. Di ritel, perlambatan mulai terasa. SCMP melaporkan, pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta tampak ramai, namun sebagian besar hanyalah “pengintip etalase”, bukan pembeli. Seorang pemilik restoran di Jakarta menyebut jumlah pelanggan hariannya turun lebih dari 50%. Banyak tamu kini melewatkan pesanan tambahan seperti minuman atau pencuci mulut. Untuk menarik mereka kembali, harga terpaksa dipangkas hingga 20%. Respons Kebijakan: Ruang untuk Stimulus dan Menjaga Stabilitas Inflasi tahunan pada Juli 2025 tercatat 2,37%, sementara inflasi inti melandai ke 2,32%, terendah dalam tujuh bulan terakhir. Angka ini mencerminkan lemahnya permintaan domestik. Keduanya masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia, yakni 1,5–3,5%, memberi ruang bagi otoritas moneter untuk bertindak jika kondisi ekonomi kembali melemah. APBN 2025 mematok inflasi di angka 2,5% dan defisit fiskal maksimal 2,53% dari PDB, level yang dinilai masih aman menurut standar internasional. Kombinasi inflasi terkendali dan disiplin fiskal ini memberi ruang bagi pemerintah untuk menggelontorkan stimulus terarah jika momentum pertumbuhan mulai melemah. Namun, analis EBC mengingatkan, stimulus saja tidak cukup menutup “jurang kepercayaan” di pasar. Peningkatan konsumsi dan investasi yang lebih berkelanjutan kemungkinan baru akan tercapai lewat reformasi struktural yang lebih dalam, mulai dari memperkuat jaring pengaman sosial, meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja, hingga memberi kepastian regulasi yang lebih jelas bagi investor domestik maupun asing. Pasar Bersiap Hadapi Manuver Pemerintah Pemerintah turun tangan meredam kenaikan harga minyak goreng dan menjaga pasokan dalam negeri, langkah yang kini diamati ketat oleh pelaku pasar. Otoritas perdagangan memerintahkan produsen sawit menaikkan Domestic Market Obligation (DMO) menjadi 175 ribu ton minyak goreng per bulan hingga akhir tahun, dari rata-rata 157.500 ton pada kuartal II, dan sempat melonjak ke 204.559 ton pada Juli. Penambahan pasokan lokal ini ditujukan menekan harga minyak goreng merek Minyakita yang belakangan diperdagangkan di level Rp16.699 per liter, di atas harga eceran tertinggi. Meski mengutamakan stabilitas dalam negeri, kebijakan ini bisa memperketat ketersediaan untuk ekspor, berpotensi mengubah arus perdagangan minyak nabati global dan menekan margin perusahaan eksportir. Langkah ini menegaskan kehati-hatian pemerintah menyeimbangkan keterjangkauan harga di dalam negeri dengan daya saing di pasar internasional, sebuah manuver yang memicu volatilitas baru di pasar saham dan valuta yang terkait komoditas. Analis EBC menilai, perusahaan yang mengandalkan pendapatan ekspor, terutama di sektor pengolahan minyak sawit dan pelayaran, berpotensi mengalami tekanan laba. Sebaliknya, sektor yang terkait kebutuhan pokok dalam negeri justru bisa diuntungkan, jika kebijakan mampu menjaga pasokan dan harga tetap terjangkau seperti yang diharapkan. Menatap ke Depan: Ujian Ketahanan Ekonomi Data kuartal II menunjukkan laju ekonomi Indonesia masih berada di jalur positif. Namun, muncul tanda tanya: apakah momentum ini bisa terjaga? Analis EBC menyoroti dua faktor krusial, mampukah konsumsi domestik kembali menguat, dan akankah sentimen investor tetap stabil tanpa reformasi struktural yang lebih dalam. Dalam jangka panjang, daya tahan ekonomi kemungkinan akan ditentukan oleh pergeseran bertahap dari stimulus jangka pendek menuju pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan berbasis produktivitas. Disclaimer: Artikel ini merupakan hasil pengamatan EBC Financial Group beserta seluruh entitas globalnya. Bukan merupakan saran finansial atau investasi. Perdagangan komoditas dan valuta asing (FX) memiliki risiko tinggi, termasuk potensi kerugian yang dapat melampaui modal awal. Konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan perdagangan atau investasi. EBC Financial Group dan entitasnya tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari penggunaan informasi ini. Untuk analisis pasar komoditas lainnya, kunjungi www.ebc.site.
EIN Newswire BRAK ZDJĘCIA
2025-08-21 | 12:55:06

Wilson Partners to Host 'Fit to Fund' Event, Empowering Cambridge Start-ups to Become Investor-Ready

Fit to Fund Event HeaderFit to Fund InfoWilson Partners, a leading accounting and business advisory firm, is set to host a Cambridge Tech Week event to help tech start-ups become investor-ready.We want to equip entrepreneurs with the knowledge
EIN Newswire BRAK ZDJĘCIA
2025-08-21 | 12:55:06

The Non-Hormonal Niche: Contraceptive Sponge Market to Reach US$ 265.2 M by 2035 Amidst Shifting Preferences

Contraceptive Sponge MarketContraceptive Sponge Market Valued at US$ 181.6 Mn in 2024, the market is projected to grow at a Compound Annual Growth Rate (CAGR) of 3.2% from 2025 to 2035Contraceptive Sponge Market Valued at US$ 181.6 Mn in 2024,

Więcej ważnych informacji

Jedynka Newserii

Jedynka Newserii

Kongres Profesjonalistów Public Relations

Finanse

K. Gawkowski: Polska w cyfrowej transformacji gospodarki awansowała do pierwszej ligi w Europie. 2,8 mld zł z KPO jeszcze ten proces przyspieszy

Uruchomiony na początku lipca przez Ministerstwo Cyfryzacji i BGK program „KPO: Pożyczka na cyfryzację” cieszy się dużym zainteresowaniem. Samorządy, uczelnie oraz firmy mogą wnioskować o wsparcie finansowe dla inwestycji w transformację cyfrową, m.in. modernizację infrastruktury czy cyberbezpieczeństwo. W sumie na ten cel trafi 2,8 mld zł (650 mln euro). Ze względu na krótki czas naboru obie instytucje organizują w poszczególnych województwach warsztaty dla wnioskodawców, które mają rozwiać ich wątpliwości przy przygotowywaniu wniosków.

Prawo

Koszty certyfikacji wyrobów medycznych sięgają milionów euro. Pacjenci mogą stracić dostęp do wyrobów ratujących życie

Od 2027 roku wszystkie firmy produkujące wyroby medyczne w Unii Europejskiej będą musiały posiadać certyfikat zgodności z rozporządzeniem MDR (Medical Devices Regulation). Nowe przepisy wprowadzają dużo ostrzejsze wymagania w zakresie dokumentacji, badań klinicznych oraz procedur certyfikacyjnych. Branża ostrzega, że część małych i średnich producentów nie zdąży się dostosować. Problemem jest także wysoki koszt i długi czas uzyskiwania certyfikatów. W konsekwencji z rynku mogą zniknąć urządzenia ratujące życie.

Infrastruktura

Nowe przepisy o ochronie ludności cywilnej wprowadzają obowiązkowe elastyczne zbiorniki na wodę. Mają one służyć w razie suszy, pożarów czy wybuchu wojny

Samorządy będą musiały posiadać m.in. elastyczne zbiorniki na wodę pitną i przenośne magazyny wody przeciwpożarowej. To element odpowiedniego przygotowania zasobów na wypadek sytuacji kryzysowych, kataklizmów czy wybuchu konfliktu, wprowadzony nowymi przepisami o ochronie ludności. Eksperci podkreślają, że tego typu rozwiązania to innowacyjne produkty, które nie tylko ułatwiają logistykę w sytuacjach kryzysowych, ale także mogą znacząco skrócić czas reakcji służb ratunkowych.

Partner serwisu

Instytut Monitorowania Mediów

Szkolenia

Akademia Newserii

Akademia Newserii to projekt, w ramach którego najlepsi polscy dziennikarze biznesowi, giełdowi oraz lifestylowi, a  także szkoleniowcy z wieloletnim doświadczeniem dzielą się swoją wiedzą nt. pracy z mediami.