Pasar Bergejolak, CEO EBC Imbau Investor Waspada, Kurangi Leverage, dan Alihkan Fokus ke Emas
Di tengah tren kenaikan imbal hasil dan pergeseran harga emas, keberhasilan investor kini ditentukan oleh disiplin strategi daripada sekadar spekulasi.
LONDON, UNITED KINGDOM, June 12, 2025 /EINPresswire.com/ -- Di tengah ketidakpastian makroekonomi global dan perbedaan arah antar kelas aset yang semakin lebar, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd., David Barrett, mengimbau investor global untuk mengurangi leverage, mendiversifikasi secara bijak, dan bersiap menghadapi volatilitas pasar. Pesan tersebut disampaikan Barrett dalam wawancara eksklusif yang ditayangkan di China Central Television (CCTV), di mana ia memaparkan kerangka strategi investasi yang stabil dan terukur di tengah gejolak ekonomi global.
Dalam sesi wawancara tersebut, Barrett tampil bersama perwakilan dari Goldman Sachs, Citigroup, dan JPMorgan, membahas dinamika yang tengah membentuk ulang alokasi aset global serta peran emas yang kian menonjol sebagai lindung nilai strategis.
Dari Puncak ke Kemunduran: Reposisi Arah Emas
Pada awal 2025, harga emas melonjak lebih dari 25% secara tahunan, sempat menembus level USD 3.500 per ons, jauh melampaui kinerja pasar saham dan komoditas lainnya. Saat saham AS hanya mencatatkan kenaikan moderat dan harga minyak melemah, reli emas mencerminkan kuatnya sentimen kehati-hatian di kalangan investor.
Namun, sebagaimana dilaporkan CCTV, harga emas terkoreksi lebih dari 5% sepanjang Mei. Penurunan ini dipicu oleh meredanya ketegangan dagang dan turunnya Indeks Harga Konsumen (CPI) AS ke 2,3% pada April, indikasi perlambatan inflasi yang sempat mengurangi daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
“Orang-orang harus konservatif dengan leverage dan eksposur mereka,” kata Barrett. “Tetap waspada sehingga Anda dapat bereaksi terhadap siklus baru yang terus berubah ini. Ini memberi Anda kesempatan untuk memanfaatkan pergerakan saat itu terjadi.”
Risiko Kedaulatan dan Pandangan Jangka Panjang
Barrett juga menyoroti kekhawatiran struktural yang semakin dalam, khususnya di pasar utang negara. Pada 17 Mei 2025, Moody’s resmi menurunkan peringkat kredit negara AS dari Aaa menjadi Aa1, menghapus status rating tertinggi terakhir yang dimiliki negeri itu. Penurunan ini, ditambah lemahnya minat dalam lelang obligasi pemerintah AS dan Jepang bertenor 20 tahun, mendorong lonjakan imbal hasil jangka panjang ke titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir—dan memicu kegelisahan di kalangan investor.
"Ini bukan tentang menghindari risiko, ini tentang penentuan posisi yang cerdas," tambah Barrett. "Emas bukan sekadar tempat berlindung yang aman, ini adalah barometer ketidakpastian."
Bank Sentral Ubah Arah, Emas Hadapi Fase Baru
Goldman Sachs kini memproyeksikan harga emas akan menyentuh USD 3.700 pada akhir tahun, sementara JPMorgan memprediksi angka USD 4.000 per ons pada kuartal kedua 2026. Namun, Citigroup memberi catatan bahwa permintaan ritel yang melemah bisa menjadi tekanan bagi harga emas setelah 2026.
David Barrett menekankan bahwa meskipun keyakinan institusi besar terhadap emas masih tinggi, investor tetap perlu menyeimbangkan antara peluang dan kehati-hatian—terutama di tengah siklus moneter yang berbeda arah dan latar geopolitik yang rapuh.
Saat emas mulai beralih dari tren bullish satu arah ke fase reposisi yang lebih volatil, Barrett menegaskan komitmen EBC Financial Group dalam mendampingi investor menghadapi kompleksitas pasar.
“Kami berkomitmen membantu klien membangun portofolio yang tangguh dan visioner. Itu berarti tahu kapan harus bergerak, dan kapan saatnya menahan langkah.” ujar Barrett.
Tentang EBC Financial Group
Didirikan di distrik keuangan terkemuka di London, EBC Financial Group (EBC) adalah merek global yang dikenal akan keahliannya dalam pialang keuangan dan manajemen aset. Melalui entitas teregulasi yang beroperasi di berbagai yurisdiksi keuangan utama, termasuk Inggris, Australia, Kepulauan Cayman, Mauritius, dan lainnya, EBC memungkinkan investor ritel, profesional, dan institusional untuk mengakses berbagai pasar global dan peluang perdagangan, termasuk mata uang, komoditas, saham, dan indeks.
Telah diakui dengan berbagai penghargaan, EBC berkomitmen untuk menegakkan standar etika dan memiliki lisensi serta teregulasi dalam yurisdiksi masing-masing. EBC Financial Group (UK) Limited teregulasi oleh Otoritas Perilaku Keuangan Inggris (FCA); EBC Financial Group (Cayman) Limited teregulasi oleh Otoritas Moneter Kepulauan Cayman (CIMA); EBC Financial Group (Australia) Pty Ltd, dan EBC Asset Management Pty Ltd teregulasi oleh Komisi Sekuritas dan Investasi Australia (ASIC); EBC Financial (MU) Ltd terotorisasi dan teregulasi oleh Komisi Layanan Keuangan Mauritius (FSC).
Inti dari EBC adalah tim yang terdiri dari para veteran industri dengan pengalaman lebih dari 40 tahun di berbagai lembaga keuangan besar. Telah melewati berbagai siklus ekonomi utama dari Plaza Accord dan krisis franc Swiss tahun 2015 hingga gejolak pasar akibat pandemi COVID-19. Kami menumbuhkan budaya yang mengutamakan integritas, rasa hormat, dan keamanan aset klien, serta memastikan bahwa setiap hubungan investor ditangani dengan sangat serius sebagaimana mestinya.
Sebagai Mitra Valuta Asing Resmi FC Barcelona, EBC menyediakan layanan khusus di seluruh Asia, LATAM, Timur Tengah, Afrika, dan Oseania. Melalui kemitraannya dengan United to Beat Malaria, perusahaan ini berkontribusi pada inisiatif kesehatan global. EBC juga mendukung rangkaian keterlibatan publik 'What Economists Really Do' oleh Departemen Ekonomi Universitas Oxford, yang membantu mengungkap misteri ekonomi dan penerapannya pada tantangan sosial utama, serta mendorong pemahaman dan dialog publik yang lebih besar.
Michelle Siow
EBC Financial Group
+ +60 163376040
email us here
Visit us on social media:
LinkedIn
Instagram
Facebook
YouTube
X
Other
Legal Disclaimer:
EIN Presswire provides this news content "as is" without warranty of any kind. We do not accept any responsibility or liability for the accuracy, content, images, videos, licenses, completeness, legality, or reliability of the information contained in this article. If you have any complaints or copyright issues related to this article, kindly contact the author above.

Professor Victor Chang Receives Data Leader of the Year Award at British Data Awards 2025
VAREP Policy Conference Confronts VA Loan Crisis & Financial Readiness Gaps for Military & Transitioning Servicemembers
Blue Sky Scrubs Celebrates World Wind Day: Championing Clean Energy for a Healthier Planet
Kalendarium
Więcej ważnych informacji
Jedynka Newserii

Jedynka Newserii

Prawo

Trwają dyskusje nad kształtem unijnego budżetu na lata 2028–2034. Mogą być rozbieżności w kwestii Funduszu Spójności czy dopłat dla rolników
Trwają prace nad wieloletnimi unijnymi ramami finansowymi (WRF), które określą priorytety wydatków UE na lata 2028–2034. W maju Parlament Europejski przegłosował rezolucję w sprawie swojego stanowiska w tej sprawie. Postulaty europarlamentarzystów mają zostać uwzględnione we wniosku Komisji Europejskiej w sprawie WRF, który zostanie opublikowany w lipcu 2025 roku. Wciąż jednak nie ma zgody miedzy państwami członkowskimi, m.in. w zakresie Funduszu Spójności czy budżetu na rolnictwo.
Konsument
35 proc. gospodarstw domowych nie stać na zakup mieszkania nawet na kredyt. Pomóc może wsparcie budownictwa społecznego i uwolnienie gruntów pod zabudowę

W Polsce co roku oddaje się do użytku ok. 200 tys. mieszkań, co oznacza, że w ciągu dekady teoretycznie potrzeby mieszkaniowe społeczeństwa mogłyby zostać zaspokojone. Jednak większość lokali budują deweloperzy na sprzedaż, a 35 proc. gospodarstw domowych nie stać na zakup nawet za pomocą kredytu. Jednocześnie ta grupa zarabia za dużo, by korzystać z mieszkania socjalnego i komunalnego. Zdaniem prof. Bartłomieja Marony z UEK zmniejszeniu skali problemu zaradzić może wyłącznie większa skala budownictwa społecznego zamiast wspierania kolejnymi programami zaciągania kredytów.
Problemy społeczne
Hejt w sieci dotyka coraz więcej dzieci w wieku szkolnym. Rzadko mówią o tym dorosłym

Coraz większa grupa dzieci zaczyna korzystać z internetu już w wieku siedmiu–ośmiu lat – wynika z raportu NASK „Nastolatki 3.0”. Wtedy też stykają się po raz pierwszy z hejtem, którego jest coraz więcej w mediach społecznościowych. Według raportu NASK ponad 2/3 młodych internautów uważa, że mowa nienawiści jest największym problemem w sieci. Co więcej, dzieci rzadko mówią o takich incydentach dorosłym, dlatego tym istotniejsze są narzędzia technologiczne służące ochronie najmłodszych.
Partner serwisu
Szkolenia

Akademia Newserii
Akademia Newserii to projekt, w ramach którego najlepsi polscy dziennikarze biznesowi, giełdowi oraz lifestylowi, a także szkoleniowcy z wieloletnim doświadczeniem dzielą się swoją wiedzą nt. pracy z mediami.